Home Artikel / Laporan

Urban Competitiveness : Daya Saing Kota Baubau

Penjelasan Awal Urban Competitiveness

Daya saing daerah (Urban competitiveness) merupakan salah satu isu yang sering dihadapi dalam pembangunan daerah kota/wilayah. Adanya daya saing suatu kota/wilayah yang lebih kompetitif akan memungkinkan kota/wilayah untuk dapat tumbuh  dan berkembang secara berkelanjutan. Menurut Porter (2000), konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu perusahaan, kota, daerah, wilayah atau Negara dalam mempertahankan atau meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan.  Keunggulan kompetitif secara berkelanjutan dapat tercipta jika terbentuk keseimbangan antara kebijakan pembangunan daerah dan kinerja perekonomian wilayah/kota.
Urban Competitiveness Kota Baubau
Kota Baubau
Berdasarkan PPSK Bank Indonesia – LP3E FE Unpad (2008), kemampuan daya saing kota terbentuk oleh faktor utama (input) dan kinerja perekonomian (output). Faktor-faktor utama pembentuk daya saing terdiri dari 5 indikator, yaitu (1) lingkungan usaha produktif, Perekonomian daerah, (3 ketenagakerjaan dan sumber daya manusia, (4) infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan, (5) perbankan dan lembaga keuangan. Indikator kinerja perekonomian (output) mencakup produktivitas tenaga kerja, tingkat kesempatan kerja dan PDRB perkapita. Melalui indikator-indikator tersebut, kota dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga mampu menentukan dan meningkatkan posisi maupun daya saingnya terhadap wilayah lain.

Urban Competitiveness Kota Baubau

Kota Baubau sebagai salah satu kota otonom di Indonesia juga tidak luput dari isu tersebut. Walaupun sebagai salah satu kota kota kecil di Provinsi Sulawesi Tenggara, kota Baubau juga mampu memberikan kontribusi dan peran strategis bagi Sulawesi Tenggara baik terhadap ibukota provinsi maupun wilayah pulau-pulau hinterland yang ada di sekitarnya. Kota Baubau fokus mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu daya saing yang dimilikinya. Hal ini sebabkan oleh adanya dukungan lokasi wisata yang terdapat di kota Baubau maupun yang terdapat di sekitar wilayah hintaerland-nya.

Wisata Pantai Kota Baubau
Wisata Pantai Kota Baubau
Kota Baubau pada dasarnya memiliki banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata rekreasi antara lain berupa hutan lindung Lambusango, keunikan budaya tradisional Buton, keindahan alam berupa pantai, pegunungan, danau dan air terjun. Seluruh potensi wisata tersebut memberikan kontribusi sebesar 2,9% (Rp. 96.527.612.248,-) terhadap PAD Kota Baubau tahun 2014 dan meningkat 1,9% dari tahun 2013 hingga tahun 2014. Dilihat dari skala persentase 2,9% tersebut, dapat diartikan bahwa sektor pariwisata Kota Baubau cukup berperan terhadap PAD Kota Baubau.

Pertumbuhan sektor pariwisata Kota Baubau didukung oleh adanya infrastruktur kota baubau yang sudah memadai mulai bandara udara skala nasional dan terminal pelabuhan skala internasional. Selain dari segi pariwisata, keunggulan yang menjadi daya saing kota Baubau terletak pada sektor pertambangan aspal dan perikanan, serta tersedianya SDM yang mampu mengolah SDA yang tersedia secara memadai. Walau demikian, daya saing yang dimiliki kota Baubau belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Hal itu terlihat dari jumlah persentase yang masih kurang dari 4%, oleh karena itu sektor pariwisata masih perlu di kembangkan lebih lanjut lagi melalui promosi dan kebijakan pengembangan pariwisata daerah sehingga tercipta pertumbuhan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan.

Daftar Pustaka:

Farid, Yususf, (2016). Strategi Pengembangan Pariwisata Kota Baubau dalam Meningkatkan PAD. Dalam www.academia.edu. Diakses pada Minggu, 20 Agustus 2017.
Porter, M.E. (2000). Location, Competition, and Economic Development: Local Clusters in Global Economy. Economic Development Quarterly. Vol. 14 No. 1, February 2000, hal. 15 – 34.
PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE Unpad (2008). Profil dan Pemetaan Daya Saing Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Baca juga :

to Top